Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2022

Titip Rindu

Titip Rindu Semilir angin malam Melintas dalam kesunyian Menambah rasa sepi di hati Ku titipkan salam rindu Meski tak tahu Kau di mana rimba nya Rindu ini semakin membuncah Tetapi ku simpan rapat Di relung jiwaku Akan ku persembahkan Seutuhnya hanya untuk   dirimu Aku tabahkan hati Untuk menanti Tiba saatnya nanti Rindu kan terobati Sragen, September 22

Lihatlah

Lihatlah, Rembulan tidak akan meninggalkan bumi Bintang tidak akan meninggalkan langit Begitulah rasa cintaku Separuh hidupku Selalu bersamamu Separuh hatiku Selalu milikmu Namun, Terlihat di matamu Hatimu masih bimbang Cintamu masih mengambang Meski kau pun tahu Hatiku tidak terbelah Cintaku tidak terbagi  Kini.  Kau sendiri memilih pergi Membawa cintamu Di persimpangan jalan ini September 22

Platonic Love

Platonic Love Cinta tanpa rasa Murni Sederhana Apa adanya Tanpa syarat Tanpa hasrat  Tak ada keterikatan Tak ada ketergantungan Tak ada tuntutan  Tak ada kegalauan Tak ada keinginan memiliki Tak butuh topeng Agar terlihat sempurna Meski tahu segala kelemahan dan kekurangan Tetap bertahan di sisinya Hingga melewati masa sulit Karena, Mencintai tanpa harus dicintai Agar tak ada yang tersakiti September 22

Terpasung

Terpasung  Hati penuh harap Lebih dekat denganmu Selalu menanti hadirmu Meski kau dan aku  Bagai pungguk merindukan bulan Mengapa ada warna berbeda  Menghiasi rasa hati Saat mengingat kata manis Yang kau ucap Tanpa meminta Rasa hadir tiba-tiba Mengubah suasana Resah dan gelisah Kini, Rinduku terpasung  Hati dan jiwaku linglung  Sragen, September 22

Hanya Sekejap

Sekejap mengenal dirimu Berselancar di duni maya Hanya dengan bermain kata Tanpa bertemu muka Mampu mengubah suasana hatiku Memberi warna dalam hidupku Menghapus rasa sepi ku  Cukup bagiku dengan kata Tanpa memandang rupa Sudah menjadi bagian cerita Antara kau dan aku Meski hanya sepenggal kisah Melengkapi perjalanan hidupku Karena sesaat kau pun pergi Mengakhiri kisah ini Sragen. September 22

Nyanyian Rindu

Nyanyian Rindu Rinai hujan di malam hari Perlahan turun ke bumi Membentuk alunan irama syahdu Menjadi saksi bisu Galau di hatiku Ingin menumpahkan rindu Setelah lama menghitung waktu Penuh harap ingin bertemu Melepas rindu yang membelenggu   Krik-krik ... Nyanyian jangkrik Melantunkan tembang sayang Mengharap kau cepat datang Sragen, September 22

Bayangan

Bayangan Lamunan semakin jauh pergi Sakit jari jemari  Merenda kata indah Hati dan jiwa resah Hasrat hati ingin mengurai rindu yang  menggila Tanpa mampu menatap rupa Hanya bisa merangkai kata  Untuk membuat rasa tak jenuh  Meski kau hanya imajinasi Terasa indah di hati Mencoba menghibur diri  Dalam sunyi sendiri Sragen. September 22

Cinta dalam Imajinasi

Cinta dalam Imajinasi Cinta itu nyata Rasakan hadirnya cinta  Dalam setiap tarikan nafas Cinta bukan sebuah cerita  Yang butuh sutradara Untuk menyusun skenarionya Cinta bukan mimpi indah  Hadir dalam tidur di malam hari Dan sirna di pagi hari Cinta juga bukan sandiwara Karena tak butuh imajinasi  Untuk memainkan perannya Tetapi mengapa, Aku rindu hadirmu Mengisi hari-hariku Meski belum pernah bertemu Hanya karena ucapan Dan rangkaian kata manis saja Sragen, September 22

Obsesif Love

Obsesif love Berulang kali Ku kirim pesan kepadamu Untuk mengukuhkan keyakinan  Karena aku butuh kepastian  Cemburu buta memasung jiwa Saat mata ini melihat Kau bersama dia Karena aku tak sanggup Bila kau bersanding dengannya Ini bukan cinta biasa  Tetapi cinta luar biasa Menguras tenaga Serba posesif  Penuh dengan kendali Seolah menjadi detektif  Memantau setiap gerak langkahmu Bila kau jauh dariku Sragen.   September 2022

Dia

Dia Tubuh rimpuh Sesekali terhuyung terseok Menyisir jalan aspal  Panas terik mentari Membuat aspal seperti meleleh Melangkah tanpa alas Di bawah sengatan  Panas terik mentari Peluh keringat mengguyur tubuh Membasahi selembar baju lusuh Dan celana pendek kumal Yang melekat di tubuh Tak peduli lalu lalang  Orang berkendara Suara klakson bersahutan Tanda peringatan kepadanya  Untuk segera menepi Raut wajah kusutnya Seolah memberitahu Sudah lama kulitnya  tidak tersentuh air Dia terus melangkah  Di sepanjang jalan aspal Entah sampai kapan Langkahnya terhenti Sragen,   September 2022

Kehilangan

Kehilangan Ketika kekasih pujaan  Tak lagi dalam rengkuhan sayang Dia kehilangan penawar rindu Rasanya hidup seperti  Bagaskara yang tenggelam Ditelan kabut kelam Senja terasa muram Hati pun remuk redam Jalan dalam kehidupan Seolah berliku dan terjal Malam terasa mencekam Rembulan menangis sendu  Menanggung rindu dendam Sragen, 15 September 2022

Senja

Senja Sebelum senja menghilang Di telan gelapnya malam Hujanpun bertandang ke bumi Ku duduk di teras Menikmati suara  Tik...tok... Tik...tok.... Alunan air hujan  Yang menetes di atap baja Sambil ku putar sendok  Dalam secangkir kopi hitam Bau harum kopi Mulai menggelitik hidung Turut melengkapi syahdunya senja Sesaat hujan telah mereda Tak berapa lama Bianglala menghiasi nabastala Tampak indah penuh warna Sragen, 13 September 2022

Pagi yang Cerah

Pagi Suasana pagi tampak cerah Semburat merah memancar Di  ufuk timur Sebentar lagi sang Bagaskara Bertahta di singgasana Menunjukkan kekuasaannya Aktivitas harian pun dimulai Lalu lalang kendaraan  Padat merayap di jalan raya Suara klakson bersahutan Anak-anak pergi ke sekolah Orang tua bekerja Untuk mengais rejeki Sesuai profesi Seolah mereka dikejar waktu Tak ingin datang terlambat Tetapi kadang kurang peduli Tentang keselamatan diri Sragen, 12 September 2022

Masih Ada Cinta

Masih Ada Cinta Masih ku lihat  Sinar cinta di matamu Tetapi kau mencoba mengabaikannya Ataukah cinta ini tidak berarti lagi bagimu  Aku tahu,  Setelah yang terjadi dulu Rasanya sulit untuk mengabaikan Apalagi melupakan Tingginya ego mu Mampu menepis rasa cintamu  Tetapi itu hanya akan menyiksa diri sendiri Sampai kapan kau akan menahan Ataukah membunuh perasaan Yang masih tertahan Sragen, September 2022

Menunggu

Menunggu Agenda telepon telah tiba Setelah menunggu  Satu minggu lamanya Mata selalu terpaku pada jam dinding Menghitung waktu Menit demi menit Menanti telepon berdering Handphone ku pegang erat Dalam genggaman Tak ingin melewatkan  Sepuluh menit bersama Meski hanya dengan suara Untuk melepas rindu Serasa baru sekejap  Belum selesai mengurai rindu Handphone berbunyi  Tut Tut Tut ... Tanda percakapan berakhir Sragen, 16 September 2022

Sang Perkasa

Pagi ini bumi berkabut Sang Bagaskara masih terlelap di singgasananya Udara dingin menusuk kulit Tubuh enggan beranjak dari tempat tidur Memilih bergelut dengan selimut Hanya tangan-tangan perkasa Yang siap bertempur Bergelut dengan lumpur di sawah Tangan-tangan terampilnya Mengayunkan senjata cangkul Tak peduli  rasa lelah Peluh keringat mengucur deras Tujuan hidup hanya satu Kebutuhan keluarga bisa cukup Dan tidak berharap lebih Sragen. 16 September 2022

Nyayian Rindu

Nyayian Rindu Di perempatan kota ini Menjadi saksi abadi  Bersama indahnya lazuardi Dan bianglala menghiasi nabastala Dua hati menumpahkan rindu Dalam dekapan sang dayita Yang telah lama terbelenggu Kini renjana tak lagi menangis Rinai hujan mengiringi Bahagia mengurai rasa Hati yang terdayuh telah pergi  Sragen, 15 September 2022

Tong Kosong

Tong Kosong Lidah memang tidak bertulang Semua kata bisa dibilang Tetapi kalau bohong Tak ubahnya seperti tong kosong Pejabat yang terhormat Jangan hanya duduk  Dan diam saat rapat Sebagai wakil rakyat Dari lidahmu kami berharap Suarakan aspirasi rakyat Jangan ragu untuk maju Jangan merasa takut Meski karang menghadang Sragen, 10 September 2022

Pergi

Pergi Demokrasi negeri ini Seakan telah runtuh Seperti besi tua yang berkarat  Disapu angin barat Kebijakan hanya hiasan  Pajangan pejabat atasan Rakyat hilang harapan Untuk mendapatkan kesejahteraan Suara rakyat Tak lagi bermanfaat Dianggap angin lewat Sebuah realita Rakyat telah menderita Karena demokrasi telah tiada Sragen, 10 September 2022  

Kembali

Kembali Hidup bagai bintang luruh Jatuh ke bumi Hancur berkeping Saat kau pergi jauh Prasangka mengusik jiwa Ku kira kau memilih dia Yang punya segalanya Ternyata aku salah Sesaat kau kembali Membawa cinta Yang pernah hilang Harapan yang pupus Kini mulai bersemi Bunga cinta mekar kembali Sragen. 10 September 2022

Derita

Derita Usia pun telah senja Hidup sebatang kara Jangankan keluarga Sanak saudara tak ada Hidup hanya menumpang  Makan seadanya Mengharap belas kasih Dari uluran tangan sesama Tinggal di gubuk pengap beratap daun rumbia Berdinding kardus  Dengan pintu kain lusuh Tidur berselimut angin malam Hujan dan badai sesekali datang Melengkapi derita hidupnya Karena tak menyisakan ruang untuk berteduh Meskipun hidup dalam lingkaran derita Tak menyurutkan langkah Menyusuri jalan kehidupan

Rapuh

Rapuh Cintamu serapuh daun kering Mudah luruh tertiup angin Terjatuh dan terhempas ke tanah Setelah kau bisikkan Segugus janji manis Seketika itu kau pungkiri Meski kau tahu Cintaku tak terbelah Cintaku tak terbagi Mungkin cintamu gurauan Bisa datang dan pergi Sesuka hati Meski ku tak percaya Semua itu nyata Terbentang di depan mata  Sragen, 7 September 2022

Pergi

Pergi Kasih memang berbunga Tapi tanpa bau harum  Tiada warna Cinta memang membara Tapi tanpa arang  Tanpa api Inilah yang kurasa Langit selalu dihiasi mendung  Tanpa cahaya menyinari Meski ku turut setiap kata Namun tak bisa bicara Karena kau pun tahu Aku tidak sebanding denganmu Cinta ini hanya persinggahan Bukan pengabadian  Yang penuh kerelaan Terpaksa harus pergi  Demi mengejar mimpi Hidup lebih sempurna Aku tidak menebar janji Atau mahligai mimpi Seperti yang kau ingin Hidup mungkin terasa sepi Bagai pisau mengiris hati Hati akan merindu Bagai tertusuk duri sembilu Sragen, 7 September 2022

Sia-sia

Sia-sia Terminal Tertonadi Menjadi saksi abadi Saat kau pergi membawa janji Terakhir kali ku melihatmu Kala kita akan berpisah Kau pegang tangan  Dan dekap erat tubuhku Hati pun tak rela melepas Kau kecup kening Sebelum melangkah pergi  Butiran air bening Di sudut bola mata Tak bisa dibendung lagi Sering ku tanya kabar Tapi tak pernah terjawab Namun ku tetap berharap  Kau tidak berubah Semua penantian sia-sia Karena kau yang berkata  Orang tua tak rela Sragen, 7 September 2022

Lepaskan

Lepaskan Kau dan aku Bukanlah yang dulu Hatimu dan hatiku Terpaut dalam satu rindu Kau kini sudah berpunya Dia yang di sana Pilihan orang tua Meski aku masih sendiri Tak mungkin mengulang  Masa indah kini Jagalah hatinya Dari rasa duka dan kecewa Buanglah rasa rindumu Lepaskan hasrat di hatimu Sragen, 6 September 2022

Harus Berakhir

Harus Berakhir Di sudut bola mata ini Tetesan air bening pun meleleh Saat ku dengar kau berucap Kau harus bersanding dengannya Karena pilihan orang tua Apa yang bisa ku kata Kau sudah menerima Dan aku bukan siapa-siapa Meski jauh di lubuk hati terdalam Aku penuh harap Kelak kau akan menjadi tumpuan hidupku Di masa yang akan datang Tapi kini, Harapan pun sia-sia Kau tak mungkin menua Karena terlalu lama menungguku Dan aku lebih memilih Jalan yang berbeda Demi meraih masa depan Yang lebih indah nantinya Jangan pernah sesali Keputusan yang kita pilih ini Mungkin sudah takdir Illahi Kita harus menjalani. Sragen, 6 September 2022

salah siapa

 Salah Siapa Kaki ini tertatih  Terseok dalam langkah Menuruti hasrat dan impianmu Menuju titian hijrah Di tengah jalan Kau malah pergi  Dan menghilang Aku sendiri dalam sepi Melangkah tanpa arah Berjalan tanpa tujuan Keyakinan goyah Titian hijrah telah patah Membuatku terjatuh Dan menyerah Rasa bimbang  Melintas dalam angan Ingin berhenti melangkah Dan berbalik arah Salah siapa ...? Kau yang lemah Atau aku yang rapuh Kini, Semua musnah Terkikis hasrat dunia sesaat Sragen, 9 Januari 2022

Mereka Menjerit

Mereka Menjerit Minyak dunia meroket BBM pun tak mau terlambat  Harga langsung melejit Jangan kaget Sederet tarif ikut terseret Tak luput pula tarif angkot Kebutuhan rakyat Pun ikut melesat Rakyat kecil Makin terjerat Mereka pun menjerit Hati siapa yang tak sakit Oh,  Pejabat pembela rakyat Segeralah melihat Jangan bikin rakyat makin melarat Aspirasi kan suara rakyat Jangan bilang Kenaikan BBM Demi kesejahteraan rakyat Jangan biarkan  PHK merajalela karena perusahaan kena imbasnya Sragen, 5 September 2022

Lepaskan

Lepaskan Airmata tak bisa dibendung Memaksa menyeruak ke luar Di sudut bola mata Naluri wanita Sebagai seorang ibu Mulai berkuasa Perasaan nomor satu Sesaat tangis pecah Melepas buah hati Menuju penjara suci Jabat tangan Pelukan erat  Seakan tak ingin melepas Mencium kening Sebagai tanda Doa restu dari ibu Senjata paling ampuh Untuk menapaki kehidupan Di penjara suci Sragen. 5 September 2022

Ke mana Lagi

Ke mana Lagi Ke mana lagi  Kaki ini melangkah Tanpa arah Tanpa tujuan Menyusuri lorong  kehidupan Di bawah panas terik mentari Dalam guyuran air hujan Suara petir melengking  Memekakkan gendang telinga Kau yang dicari Tak jua ditemui Entah di mana rimba nya Tanpa isyarat tanpa tanda Kau menghilang Bagai ditelan bumi Sragen, 5 September 2022

Sakit

Sakit Hati yang patah Serasa bagai buih di lautan Yang digulung ombak Terhempas Terlempar Tanpa arah dan tujuan Sesekali batu karang Menjadi tumpuan  Dan persinggahan Lalu terhempas lagi Hidup terasa lelah  Menuruti langkahmu Namun, Tanpa tanda tanpa kata Tiba-tiba kau menghilang Meski  kecewa dan terluka Namun kau tak merasa Memilih pergi bersama dia Hati ikhlas melepas Dari genggaman Dari dekapan  Sragen, 5 September 2022

Mungkinkah

Mungkinkah Jatuh cinta mungkin hanya satu kali Entah cinta itu bersemi Atau tumbuh langsung mati Karena cinta tak harus memiliki Itulah adanya kini Cintaku padamu Bertepuk sebelah tangan   Tak bisa ku ingkari Setelah semua yang terjadi Rasanya hati telah mati Pintu hati terkunci Waktu terus berjalan Musim terus berganti Mungkinkah pintu hati  Bisa ku buka lagi Sragen, 4 September 2022

Menanti

Di sini Aku masih menanti Janji yang pernah terpatri Antara dua hati Masih ingatkah kala itu  Kau lambaikan tangan Untuk terakhir kalinya Sebelum kau melangkah pergi Membawa janji manis ini Di sini aku masih menanti Meski tak pernah kembali Hanya berita duka Yang singgah di telinga Ini bukan mimpi Kau tak mungkin kembali Hanya nisan mu yang ku jumpai Hati ini menangis dan merintih Janji manis kau bawa pergi Bersama mimpi yang tak mungkin terjadi .Sragen, 2 September 2022