Skip to main content

Purnama

Purnama

Senja mulai beranjak pergi
Menyelinap di balik gelapnya malam 

Aku beranjak dari tempat duduk
Melangkahkan kaki
Menuju pintu jendela
Perlahan ku buka pintu 

Hembusan angin malam
Langsung menyeruak masuk
Mulai menyapa kulit
Dan membelai rambutku 
Yang mengurai di bahu

Sesekali ku gosokkan kedua tangan
Untuk mengusir dingin yang kian mengusik

Aku berdiri menatap langit
Menanti hadirnya sang rembulan 
Di malam bulan purnama
Untuk mengurai kegelapan
Yang menyelimuti hati

Aku terus menghitung waktu
Hingga malam semakin larut
Namun rembulan tak jua datang
Masih enggan menyinari bumi
Sragen, 6 Okt 22
 

Comments

Popular posts from this blog

Puisi "Maafkan Aku"

Maafkan Aku Karya: M. Rahayu Maafkan aku, Selama bersamamu Aku belum mampu  Menjadi pena hitam Dalam lembaran hidupmu Mengukir kebahagiaan Menghadirkan senyum di wajahmu Apalagi tawa di bibirmu Maafkan aku, Selama bersamamu Aku  hanya pena merah Selalu membuatmu marah Memberi goresan luka Rasa sakit yang menghimpit Perih mengiris hati Di sepanjang hidupmu Maafkan aku, Segala daya upaya Sudah ku coba Untuk memahamkan diri Agar aku mengerti Sebagai diri yang berarti Dan menjadi yang kau ingin Sragen, 22 Juni 2020

Gelisah

Gelisah M. Rahayu Hidup dalam pusaran gelisah Kecemasan dan kekhawatiran Mengusik ketenangan hati Seakan tak ada lagi tempat bersandar Tumpuan dan pegangan hidup  telah patah Saat hidup dalam belenggu Kebebasan dikebiri Bagai burung dalam sangkar besi Riuh berita kematian Berkumandang di masjid-masjid Bertebaran di media sosial dan grup Suara sirine ambulan mengiang di telinga Menyiutkan nyali yang mendengar Kematian seolah di ujung penantian Bisa datang kapan saja Tanpa memilih waktu dan tempat Tanpa memandang batas usia Sragen, 8 Juli 2021