Skip to main content

Puisi "Ketika Hijrah Terasa Berat"

Ketika Hijrah Terasa Berat

Karya: M. Rahayu

Jauh sebelum kaki melangkah

Menapak di jalan ini

Dunia terasa cerah 

Jiwa tertawa lepas

Menikmati dunia nan indah


Kini terasa berbeda

Seolah hidup terasa gelap

Dunia laksana penjara 

yang pengap


Jiwa ini sering meronta

Kakl terasa lelah melangkah

Hati ini berbisik

Mencoba menghentikan langkah


Jiwaku sesaat tergoda

Ingin rasanya membalikkan badan 

Kembali ke masa lalu


Sejatinya hati terasa berat 

Melepaskan kaki melangkah mundur

Hati sering berkeluh kesah Tentang semua masalah 

Seolah ingin menuntut 

Kepada Sang Illah

Tak pernah beri keadilan


Segala daya dan upaya

Seolah tak ada hasil

Hadir gejolak di hati

Ingin rasanya kembali 

Ke masa lalu


Bersandar di pundakmu

Berikan semua masalahku 

Mengajakmu melangkah bersama


Menyingkirkan keinginan 

Kembali ke masa lalu

Dan berjalan ke depan

 

Di jalan setapak

Yang penuh kerikil tajam

Dan jurang terjal

Sragen, 7 April 2020

Comments

Popular posts from this blog

Puisi "Maafkan Aku"

Maafkan Aku Karya: M. Rahayu Maafkan aku, Selama bersamamu Aku belum mampu  Menjadi pena hitam Dalam lembaran hidupmu Mengukir kebahagiaan Menghadirkan senyum di wajahmu Apalagi tawa di bibirmu Maafkan aku, Selama bersamamu Aku  hanya pena merah Selalu membuatmu marah Memberi goresan luka Rasa sakit yang menghimpit Perih mengiris hati Di sepanjang hidupmu Maafkan aku, Segala daya upaya Sudah ku coba Untuk memahamkan diri Agar aku mengerti Sebagai diri yang berarti Dan menjadi yang kau ingin Sragen, 22 Juni 2020

Purnama

Purnama Senja mulai beranjak pergi Menyelinap di balik gelapnya malam  Aku beranjak dari tempat duduk Melangkahkan kaki Menuju pintu jendela Perlahan ku buka pintu  Hembusan angin malam Langsung menyeruak masuk Mulai menyapa kulit Dan membelai rambutku  Yang mengurai di bahu Sesekali ku gosokkan kedua tangan Untuk mengusir dingin yang kian mengusik Aku berdiri menatap langit Menanti hadirnya sang rembulan  Di malam bulan purnama Untuk mengurai kegelapan Yang menyelimuti hati Aku terus menghitung waktu Hingga malam semakin larut Namun rembulan tak jua datang Masih enggan menyinari bumi Sragen, 6 Okt 22  

Gelisah

Gelisah M. Rahayu Hidup dalam pusaran gelisah Kecemasan dan kekhawatiran Mengusik ketenangan hati Seakan tak ada lagi tempat bersandar Tumpuan dan pegangan hidup  telah patah Saat hidup dalam belenggu Kebebasan dikebiri Bagai burung dalam sangkar besi Riuh berita kematian Berkumandang di masjid-masjid Bertebaran di media sosial dan grup Suara sirine ambulan mengiang di telinga Menyiutkan nyali yang mendengar Kematian seolah di ujung penantian Bisa datang kapan saja Tanpa memilih waktu dan tempat Tanpa memandang batas usia Sragen, 8 Juli 2021