Skip to main content

Puisi "Salah Mengagumimu"

Salah Mengagumimu
Karya: M. Rahayu

Merdu nyanyian burung 
Senyum cerah mentari pagi
Mengiringi bahagia hati

Hari-hari terlewati
Penuh selaksa warna
Canda tawa 
Menghiasi jiwa

Ada getaran hati
Menggelitik mimpi
Binar asa rasa bahagia
Hati berbunga-bunga
Manakala  berjumpa

Meski ku tahu ...
Hati ini menyadari 
Namun rasaku menggebu

Walau rasa ini
Tak layak ku miliki
Bahagia di atas deritanya

Rasanya tak mungkin
Ku pupuk rasa ini
Tumbuh dan bersemi
Menjadi benih cinta

Biarlah terkubur dan tenggelam 
Di lubuk hati paling dalam
 
Tirai hitam 
Membentang di depan
Tak hendak ku terjang
Karena itu kesalahan

Aku tahu ...
Aku salah mengagumimu
Kagum sebatas angan
Biarlah tersimpan dalam kenangan
Sragen, 27 Mei 2020

Comments

Popular posts from this blog

Puisi "Maafkan Aku"

Maafkan Aku Karya: M. Rahayu Maafkan aku, Selama bersamamu Aku belum mampu  Menjadi pena hitam Dalam lembaran hidupmu Mengukir kebahagiaan Menghadirkan senyum di wajahmu Apalagi tawa di bibirmu Maafkan aku, Selama bersamamu Aku  hanya pena merah Selalu membuatmu marah Memberi goresan luka Rasa sakit yang menghimpit Perih mengiris hati Di sepanjang hidupmu Maafkan aku, Segala daya upaya Sudah ku coba Untuk memahamkan diri Agar aku mengerti Sebagai diri yang berarti Dan menjadi yang kau ingin Sragen, 22 Juni 2020

Purnama

Purnama Senja mulai beranjak pergi Menyelinap di balik gelapnya malam  Aku beranjak dari tempat duduk Melangkahkan kaki Menuju pintu jendela Perlahan ku buka pintu  Hembusan angin malam Langsung menyeruak masuk Mulai menyapa kulit Dan membelai rambutku  Yang mengurai di bahu Sesekali ku gosokkan kedua tangan Untuk mengusir dingin yang kian mengusik Aku berdiri menatap langit Menanti hadirnya sang rembulan  Di malam bulan purnama Untuk mengurai kegelapan Yang menyelimuti hati Aku terus menghitung waktu Hingga malam semakin larut Namun rembulan tak jua datang Masih enggan menyinari bumi Sragen, 6 Okt 22  

Gelisah

Gelisah M. Rahayu Hidup dalam pusaran gelisah Kecemasan dan kekhawatiran Mengusik ketenangan hati Seakan tak ada lagi tempat bersandar Tumpuan dan pegangan hidup  telah patah Saat hidup dalam belenggu Kebebasan dikebiri Bagai burung dalam sangkar besi Riuh berita kematian Berkumandang di masjid-masjid Bertebaran di media sosial dan grup Suara sirine ambulan mengiang di telinga Menyiutkan nyali yang mendengar Kematian seolah di ujung penantian Bisa datang kapan saja Tanpa memilih waktu dan tempat Tanpa memandang batas usia Sragen, 8 Juli 2021