Skip to main content

Puisi "Nafsu Liar

Nafsu Liar
Oleh M. Rahayu

Nafsu  liar
Tanpa jerat kendali
Menguasai jiwa manusia
Bagai sarang penyakit
Menggerogoti hati dan jiwa
Menusuk merusak sukma

Nafsu liar
Tumbuh merekah
Berurat dan berakar 
Pada jiwa manusia
Yang kosong iman 

Nafsu  liar
Menuntun manusia
Mengukir dosa
Di lembaran hatinya

Nafsu liar
Menggiring manusia 
Menggali jurang nista
Menuju lembah hina

Jangan biarkan ...
Nafsu liar 
Menjadi  penguasa dan bertahta
Di hati manusia

Jangan biarkan ...
Nafsu liar
Mengendap dan bersarang dalam jiwa manusia
Meruntuhkan benteng iman
Menjadikan jiwa tak berdaya

Bentengi hati dengan iman 
Hadirkan makrifat keyakinan
Menjadi pelita
Memberi cahaya penerang
Pada hati yang gelap
Sragen, 29 Juni 2020

Comments

Popular posts from this blog

Puisi "Maafkan Aku"

Maafkan Aku Karya: M. Rahayu Maafkan aku, Selama bersamamu Aku belum mampu  Menjadi pena hitam Dalam lembaran hidupmu Mengukir kebahagiaan Menghadirkan senyum di wajahmu Apalagi tawa di bibirmu Maafkan aku, Selama bersamamu Aku  hanya pena merah Selalu membuatmu marah Memberi goresan luka Rasa sakit yang menghimpit Perih mengiris hati Di sepanjang hidupmu Maafkan aku, Segala daya upaya Sudah ku coba Untuk memahamkan diri Agar aku mengerti Sebagai diri yang berarti Dan menjadi yang kau ingin Sragen, 22 Juni 2020

Purnama

Purnama Senja mulai beranjak pergi Menyelinap di balik gelapnya malam  Aku beranjak dari tempat duduk Melangkahkan kaki Menuju pintu jendela Perlahan ku buka pintu  Hembusan angin malam Langsung menyeruak masuk Mulai menyapa kulit Dan membelai rambutku  Yang mengurai di bahu Sesekali ku gosokkan kedua tangan Untuk mengusir dingin yang kian mengusik Aku berdiri menatap langit Menanti hadirnya sang rembulan  Di malam bulan purnama Untuk mengurai kegelapan Yang menyelimuti hati Aku terus menghitung waktu Hingga malam semakin larut Namun rembulan tak jua datang Masih enggan menyinari bumi Sragen, 6 Okt 22  

Gelisah

Gelisah M. Rahayu Hidup dalam pusaran gelisah Kecemasan dan kekhawatiran Mengusik ketenangan hati Seakan tak ada lagi tempat bersandar Tumpuan dan pegangan hidup  telah patah Saat hidup dalam belenggu Kebebasan dikebiri Bagai burung dalam sangkar besi Riuh berita kematian Berkumandang di masjid-masjid Bertebaran di media sosial dan grup Suara sirine ambulan mengiang di telinga Menyiutkan nyali yang mendengar Kematian seolah di ujung penantian Bisa datang kapan saja Tanpa memilih waktu dan tempat Tanpa memandang batas usia Sragen, 8 Juli 2021