Skip to main content

Motivasi ku dalam Menulis

Motivasiku dalam Menulis
Oleh: Muji Rahayu, S.Pd
Aku berprofesi sebagai seorang guru di sebuah madrasah di kota Sragen, mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia. Aku menjadi guru sudah sejak tahun 2002 hingga sekarang. Kurun waktu sudah sekitar 18 tahun. Bagiku itu bukanlah waktu yang singkat. 
Sebagai guru mata pelajaran bahasa Indonesia, aku tidak bisa terlepas dari yang namanya kegiatan menulis. Setiap hari aku bergelut dengan kegiatan menulis. Menulis merupakan suatu hal yang tak terpisahkan dalam kegiatan belajar dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Namun, dalam waktu yang lama itu belum mampu membuatku menjadi seseorang guru yang memiliki pembiasaan menulis. Terlebih lagi menulis untuk dipublikasikan kepada pembaca, baik media massa atau dalam bentuk buku. 
Sebenarnya, aku menyukai kegiatan menulis. Namun, entah mengapa aku belum bisa mengembangkan rasa sukaku terhadap menulis menjadi sebuah kebiasaan. Padahal, dilihat dari profesiku sebagai guru mata pelajaran bahasa Indonesia, menulis seharusnya menjadi bagian dari jiwaku, menjadi ruh dalam jasadku.
Pada kenyataannya, di usiaku yang sudah di atas 40 tahun, terbilang tidak muda lagi ini, menulis masih sebagai sesuatu yang masih jauh berada di awang-awang. Tak ada motivasi yang bisa membuat hatiku tergerak untuk terjun dalam dunia menulis. Walaupun sebenarnya aku juga menyukai menulis. Namun, membayangkan kata menulis, bagiku sesuatu yang sulit dan rumit. Rasa ragu, tidak percaya diri selalu menggelayut di hati. Begitu sulitnya untuk memulai menulis sesuatu.
Hingga pada suatu waktu, hidupku berada pada sebuah keadaan yang membuatku sangat terpuruk. Aku mengalami sebuah masalah dalam hidupku. Dan hal itu mempengaruhi emosi jiwaku. Bagiku masalah itu adalah masalah yang terberat yang pernah aku alami di sepanjang hidupku. Aku merasa saat itu hidupku telah benar-benar hancur. 
Pada dasarnya, aku adalah tipe orang yang tertutup, introfert, dan tidak mudah percaya kepada orang lain. Aku tidak menyukai curhatan atau pengalamanku menjadi konsumsi publik.Sehingga, apa pun masalah yang aku alami aku tidak pernah menceritakan kepada orang lain. Tak ada teman atau orang lain yang bisa ku percaya untuk menjadi tempat mengadu, tempat untuk berbagi dan mencurahkan isi hatiku. 
Setiap ada masalah, aku hanya memendam semua masalahku dalam hati. Satu-satunya tempat curhatku adalah buku harian. Aku sering mencurahkan seluruh isi hatiku, apa yang ku rasakan, apa yang ku alami dalam buku harian. Aku lebih senang mengungkapkan apa yang ku rasakan dalam bentuk kata-kata yang padat, atau katakanlah berupa puisi. 
Bagiku, buku harian adalah satu-satunya tempat yang dapat menjadi ladang untuk menuangkan emosiku. Dengan menulis di buku harian, aku bisa menulis apa saja semauku, tanpa ada yang mengkritikku. Aku bisa menulis dengan lepas serasa tanpa beban. Aku dapat melepaskan segala beban emosi yang mengganjal di hati.
Aku teringat pada salah satu artikel yang pernah aku baca. Dalam artikel itu dijelaskan bahwa aktivitas menulis dapat digunakan sebagai salah satu terapi untuk meredam emosi yang kita miliki. Ketika kita mengalami emosi, kita tuangkan dalam tulisan di buku harian.
Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh novelis terkenal, J.K. Rowling. Beliau mengatakan bahwa “Mulailah dengan menuliskan dengan hal-hal yang kamu ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri”. 
Sejak saat itu, aku mulai termotivasi untuk menulis. Hatiku mulai tergerak, aku lebih sering menulis. Dan ada rasa lebih senang terhadap kegiatan menulis, terutama menulis puisi. Hampir setiap hari aku berusaha menulis walaupun hanya sedikit. 
Tanpa terasa, tulisanku di buku harian dalam bentuk puisi sudah terkumpul banyak. Hingga suatu hari terpikir olehku, terbersit dibenakku, seandainya tulisan-tulisan ini aku kumpulkan menjadi sebuah buku alangkah bagusnya. Tapi mungkinkah ... ? Keraguan, kebimbangan, kembali menggelayut di pikiranku.
Akhirnya, ku bulatkan tekat dan niatku untuk mengumpulkan tulisanku menjadi sebuah buku. Ku tanamkan keyakinan dalam diriku. Aku harus mencoba dan aku harus bisa. Jangan dulu menyerah sebelum mencoba.
Alhamdulillah, pintu peluang telah terbuka untukku. Ku sampaikan keinginanku kepada teman-temanku di grup media sosial. Kebetulan ada beberapa teman yang sudah berpengalaman dalam menulis buku. Ku tanya pada teman-temanku yang sudah berpengalaman menulis. Dan ku beranikan diri untuk memulai belajar menulis. Ku minta bimbingan dan bantuan dari teman-temanku. 
Atas bimbingan dan bantuan dari teman-teman, akhirnya aku bisa mengumpulkan tulisanku menjadi sebuah buku antologi puisi. Tepatnya di bulan April tahun 2020 buku antologi puisiku telah terbit. Kebahagiaan dan kepuasan tak ternilai harganya manakala kita mampu menghasilkan sebuah karya dari usaha dan jerih payah kita sendiri. 
Sejak saat itu, aku lebih bersemangat dalam menulis. Aku sering mengikuti diklat-diklat menulis yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga. Rasa ingin tahuku tentang seluk beluk menulis menjadi semakin besar. Dari diklat-diklat menulis yang telah aku ikuti, banyak sekali ilmu tentang menulis yang ku dapatkan dari para coach. Dari beliau para coach aku banyak dilatih untuk menulis yang baik dan benar.
Aku tak lagi hanya menyimpan tulisanku di buku harian. Tetapi aku mulai memanfaatkan aplikasi-aplikasi media sosial yang aku miliki untuk menuangkan tulisan-tulisanku. Aku gunakan WhatsApp, Facebook, Tweter, Blog, , KBM App sebagai wadah untuk menyimpan tulisanku. Walaupun tulisanku hanya sekedar kata-kata motivasi atau puisi. Setidak-tidaknya bisa menjadi pengingat untuk diriku sendiri. 
Meskipun usiaku sudah tak lagi belia, tak menyurutkan niat dan tekatku untuk belajar menulis. Ku tanamkan dalam diriku bahwa “Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Dan kesempatan belum tentu datang dua kali dalam hidup kita. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan waktu sebaik-baiknya selagi kita masih ada peluang”. 
Setelah aku banyak belajar tentang menulis, kini aku paham. Ternyata, di zaman sekarang ini, zaman yang serba canggih dengan kemajuan teknologi yang luar biasa, menulis adalah suatu hal yang mudah,  tak sesulit dan tak serumit yang kita bayangkan. Untuk mempublikasikannya pun juga lebih mudah dengan hadirnya teknologi internet. Untuk mencari informasi kita tidak harus dari buku-buku koleksi pustaka yang banyak. Kita bisa melakukan browsing atau berselancar di internet yang menyediakan informasi melimpah.
Kini aku harus membuang jauh-jauh pikiranku bahwa menulis itu adalah sesuatu yang sulit, sesuatu yang rumit sebelum mencoba.
Mungkin ada sedikit penyesalan dalam diri ini. Mengapa tidak sejak dulu ketika aku masih muda memulai menulis. Sehingga kesempatan untuk berkarya menjadi lebih banyak dan lebih lama. Namun, penyesalan tak ada gunanya. Penyesalan akan selalu datang terlambat. Yang terpenting adalah kita tidak terlambat untuk selamanya. Setidak-tidaknya kita mau memulai dan mencoba di sisa waktu yang masih ada.
Ternyata, motivasi untuk melakukan sesuatu bisa datang dari mana saja, kapan saja, dan dari siapa saja. Termasuk motivasi dalam menulis. Dan itupun tak pernah kita bayangkan sebelumnya. Asal ada kemauan pasti ada jalan. Janganlah ragu untuk mencoba. 
Dengan bermodal ketekunan, pantang menyerah, dan kemauan yang keras kita akan mampu memperoleh mutiara hikmah dari apa yang kita tuliskan. Gagasan dan pikiran yang telah kita tuangkan dalam tulisan tidak akan sia-sia. Setidak-tidaknya, dengan menghasilkan karya dari menulis kita dapat merasakan kebahagiaan dan kepuasan dalam batin tersendiri. 
Terlebih lagi tulisan kita dapat memberikan manfaat kepada orang lain. Dapat memberikan motivasi hidup untuk orang lain. Tulisan kita dapat bernilai ibadah selama tulisan kita dapat menjadi ladang untuk berdakwah. Karena menulis itu berbagi. Berbagi ilmu, wawasan, bahkan berbagi canda dan tawa. 
Terutama buat teman-teman dan pembaca yang masih muda, yang memiliki hobi menulis, jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Kesempatan masih panjang, peluang masih luas. Mari mencoba, mari memulai untuk menulis. Tulikan apa saja. Tuliskan apa yang kita alami, apa yang kita rasakan, apa yang kita lihat. Jangan menilai menulis itu sulit kalau kita belum pernah mencoba dan berusaha.
Selamat menulis, semoga kita semua senantiasa diberikan semangat dan motivasi agar dapat menuangkan segala hal di kehidupan dalam tulisan yang membawa manfaat hingga akhir hayat. (end)

Comments

Popular posts from this blog

Puisi "Maafkan Aku"

Maafkan Aku Karya: M. Rahayu Maafkan aku, Selama bersamamu Aku belum mampu  Menjadi pena hitam Dalam lembaran hidupmu Mengukir kebahagiaan Menghadirkan senyum di wajahmu Apalagi tawa di bibirmu Maafkan aku, Selama bersamamu Aku  hanya pena merah Selalu membuatmu marah Memberi goresan luka Rasa sakit yang menghimpit Perih mengiris hati Di sepanjang hidupmu Maafkan aku, Segala daya upaya Sudah ku coba Untuk memahamkan diri Agar aku mengerti Sebagai diri yang berarti Dan menjadi yang kau ingin Sragen, 22 Juni 2020

Purnama

Purnama Senja mulai beranjak pergi Menyelinap di balik gelapnya malam  Aku beranjak dari tempat duduk Melangkahkan kaki Menuju pintu jendela Perlahan ku buka pintu  Hembusan angin malam Langsung menyeruak masuk Mulai menyapa kulit Dan membelai rambutku  Yang mengurai di bahu Sesekali ku gosokkan kedua tangan Untuk mengusir dingin yang kian mengusik Aku berdiri menatap langit Menanti hadirnya sang rembulan  Di malam bulan purnama Untuk mengurai kegelapan Yang menyelimuti hati Aku terus menghitung waktu Hingga malam semakin larut Namun rembulan tak jua datang Masih enggan menyinari bumi Sragen, 6 Okt 22  

Gelisah

Gelisah M. Rahayu Hidup dalam pusaran gelisah Kecemasan dan kekhawatiran Mengusik ketenangan hati Seakan tak ada lagi tempat bersandar Tumpuan dan pegangan hidup  telah patah Saat hidup dalam belenggu Kebebasan dikebiri Bagai burung dalam sangkar besi Riuh berita kematian Berkumandang di masjid-masjid Bertebaran di media sosial dan grup Suara sirine ambulan mengiang di telinga Menyiutkan nyali yang mendengar Kematian seolah di ujung penantian Bisa datang kapan saja Tanpa memilih waktu dan tempat Tanpa memandang batas usia Sragen, 8 Juli 2021