Skip to main content

Menulis sebagai Berkah Pandemi

Menulis sebagai Berkah Pandemi

oleh M. Rahayu

           Sebelum Pandemi Covid-19 melanda kehidupan manusia di dunia ini sekitar awal Maret tahun 2020, kehidupan tampak biasa saja. Rutinitas sehari-hari tetap berjalan seperti biasa saja dan tidak ada yang istimewa. Begitu juga dengan kehidupan dalam keluarga saya. Saya seorang ibu rumah rumah tangga dan sekaligus sebagai seorang guru yang mengajar di sebuah madrasah. 

            Setiap hari saya harus bangun pagi menyiapkan kebutuhan rumah untuk anak dan suami sebelum saya berangkat mengajar. Sebagai seorang guru, rutinitas saya setiap hari harus berangkat pagi dan pulang sore. Karena jam kerja di kantor saya mulai jam 07.00 sampai 14.30. Sehingga, waktu untuk bertemu dan bersama keluarga sangat sedikit.  Saya hanya dapat berkumpul dengan keluarga kalau sudah pulang kantor. 

            Saya memiliki tiga orang anak. Anak yang pertama dan ke dua bersekolah di pondok pesantren. Sehingga, kami pun jarang bersama. Mereka biasa pulang ke runah setiap satu bulan sekali. Oleh karena itu, suaasana di rumah kami setiap harinya cukup sepi dan lengang karena hanya ada kami bertiga, saya, suami, dan anak saya yang ke tiga. Karena anak saya yang ke tiga masih sekolah SD belum saya masukkan ke pondok pesantren.

            Sejak Pandemi Covid-19 melanda di negara-negara di dunia ini awal Maret tahun 2020, hampir seluruh aspek kehidupan terkena dampaknya. Hampir seluruh aspek kehidupan mengalami perubahan, tak terkecuali dalam kehidupan keluarga kami. 

            Munculnya Pandemi Covid-19, di satu sisi memberikan dampak negatif yang luar biasa dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Namun, di sisi lain Pandemi Covid-19 memberikan dampak positif dalam beberapa aspek kehidupan. Dengan kata lain, munculnya Pandemi Covid-19 memberikan berkah bagi keluarga, khususnya bagi diri saya sendiri.

            Dalam aspek pendidikan, dampak pandemi telah merubah kurikulum dan pola pendidikan, termasuk proses belajar mengajar siswa. Sejak munculnya pandemi anak-anak sekolah harus diliburkan dan anak-anak yang belajar di pondok pesantren harus dipulangkan. Proses belajar mengajar anak sekolah diganti dengan sistem pembelajaran daring dari rumah. Rumah yang awalnya sepi dan lengang, kini suasana menjadi ramai dan meriah. Keluarga dapat berkumpul dan bercengkerama bersama. Hal ini memberikan kebahagiaan tersendiri bagi keluarga kami. Kebersamaan dalam keluarga kembali tercipta dengan adanya Pandemi Covid-19.

            Berkah Pandemi Covid-19 ini tidak hanya untuk keluarga kami. Bagi saya pribadi, Pandemi Covid-19 ini di satu sisi telah membawa berkah. Berbeda dengan sebelum datang pandemi, saaya disibukkan dengan rutinitas sehari-hari sebagai guru. Saya harus berangkat pagi dan pulanag sore. Dengan datangnya pandemi saya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Karena anak-anak melaksanakan pembelajaran secara daring dari rumah. Kesempatan ini tidak saya sia-siakan. Saya menggunakan banyak waktu di rumah ini untuk mengikuti diklat-diklat. Selama masa pandemi, banyak sekali diklat-diklat online yang diadakan oleh berbagai lembaga. Baik diklat tentang pembelajaran maupun diklat tentang menulis.

            Selama masa pandemi, saya mengikuti berbagai diklat online, baik diklat pembelajaran maupun diklat menulis. Berawal dari sisnilah saya mulai mengembangkan hobi menulis. Setelah mengikuti diklat-diklat menulis, saya mendapatkan ilmu yang banyak sekali tentang menulis. Dan saya mulai belajar menulis, menulis, dan menulis. Dari tulisan-tulisan tersebut akhirnya dapat saya wujudkan menjadi sebuah buku.

            Buku pertama saya berupa antologi puisi yang berjudul"Rinduku Terpasung". Selain itu, salah satu hasil dari diklat menulis saya berupa sebuah buku antologi cerpen yang berjudul"Milkweeds Love". Meskipun hanya sebagai hasil karya bersama, itu sudah cukup membuat saya merasa bahagia dan bangga sebagai penulis pemula. Tak haya sampai di sini, saya dan teman-teman mencoba membuat buku antologi berikutnya. Masih ada dua buku yang saat ini dalam proses penerbitan. 

            Semoga saja, berkah ini tidak berakhir seiring dengan berakhirnya Pandemi Covid-19 nanti. Semoga saya masih tetap dapat melanjutkan kegiatan menulis saya dan dapat menghasilkan karya-karya yang lain yang bermanfaat bagi para pembaca nantinya. Aamiin.(end)




Comments

Popular posts from this blog

Puisi "Maafkan Aku"

Maafkan Aku Karya: M. Rahayu Maafkan aku, Selama bersamamu Aku belum mampu  Menjadi pena hitam Dalam lembaran hidupmu Mengukir kebahagiaan Menghadirkan senyum di wajahmu Apalagi tawa di bibirmu Maafkan aku, Selama bersamamu Aku  hanya pena merah Selalu membuatmu marah Memberi goresan luka Rasa sakit yang menghimpit Perih mengiris hati Di sepanjang hidupmu Maafkan aku, Segala daya upaya Sudah ku coba Untuk memahamkan diri Agar aku mengerti Sebagai diri yang berarti Dan menjadi yang kau ingin Sragen, 22 Juni 2020

Purnama

Purnama Senja mulai beranjak pergi Menyelinap di balik gelapnya malam  Aku beranjak dari tempat duduk Melangkahkan kaki Menuju pintu jendela Perlahan ku buka pintu  Hembusan angin malam Langsung menyeruak masuk Mulai menyapa kulit Dan membelai rambutku  Yang mengurai di bahu Sesekali ku gosokkan kedua tangan Untuk mengusir dingin yang kian mengusik Aku berdiri menatap langit Menanti hadirnya sang rembulan  Di malam bulan purnama Untuk mengurai kegelapan Yang menyelimuti hati Aku terus menghitung waktu Hingga malam semakin larut Namun rembulan tak jua datang Masih enggan menyinari bumi Sragen, 6 Okt 22  

Gelisah

Gelisah M. Rahayu Hidup dalam pusaran gelisah Kecemasan dan kekhawatiran Mengusik ketenangan hati Seakan tak ada lagi tempat bersandar Tumpuan dan pegangan hidup  telah patah Saat hidup dalam belenggu Kebebasan dikebiri Bagai burung dalam sangkar besi Riuh berita kematian Berkumandang di masjid-masjid Bertebaran di media sosial dan grup Suara sirine ambulan mengiang di telinga Menyiutkan nyali yang mendengar Kematian seolah di ujung penantian Bisa datang kapan saja Tanpa memilih waktu dan tempat Tanpa memandang batas usia Sragen, 8 Juli 2021