Skip to main content

Peradaban telah Mengubah Segalanya

Peradaban telah Mengubah Segalanya
Muji Rahayu
MTs Negeri I Sragen
Menjadi guru di era 20 tahun yang lalu berbeda dengan guru di era milenial saat ini. Kita bisa melihat beberapa perbedaan yang sangat menonjol. Perbedaan yang bisa kita lihat dan kita rasakan diantaranya:
Pertama, guru di era 20 tahun yang lalu masih dekat dengan yang namanya papan tulis dan spidol. Karena memang itu sarana untuk penyampaian  pembelajaran di kelas saat itu. Pada saat itu kecanggihan teknologi belum begitu terasa di dunia pendidikan sebagai media pembelajaran. Khususnya pendidikan yang berada di daerah pinggiran yang jauh dari perkotaan. Kemajuan teknologi untuk dunia pendidikan belum begitu banyak terjangkau. Berbeda dengan guru saat ini. Untuk menyampaikan pembelajaran guru kadang tidak perlu membutuhkan spidol. Dengan kemajuan teknologi, guru bisa memanfaatkan teknologi untuk media pembelajaran. Guru bisa menggunakan laptop dan gadget untuk sarana penyampaian pembelajaran. Guru juga tidak perlu tatap muka untuk mengajar karena bisa dilakukan dengan pembelajaran daring dengan adanya kecanggihan teknologi saat ini.
 Kedua, guru di era 20 tahun yang lalu masih bisa merasakan tingginya adab sopan santun, tata krama, unggah-ungguh siswa kepada gurunya. Saat siswa bertemu dengan guru siswa masih menyapa dengan kata-kata yang santun dan lembut, dengan bahasa Jawa krama, bahkan dengan menundukkan pandangannya dan membungkukkan badan, mencium tangan gurunya, menjemput guru dan membawakan barang milik gurunya ke kelas. Tetapi agaknya semua hal itu sudah mulai memudar. Hampir tidak terasa lagi. Siswa lebih menganggap  kalau gurunya seperti temannya. Cara siswa berbicara jauh dari adab, sopan santun, dan tata krama. Bahasa Jawa Krama sudah tak  lagi membudaya. Orang bilang "wong Jowo ilang Jawane". Bahkan ada siswa yang berani membentak gurunya saat dinasehati sampai menantang dan mengancam gurunya. Sekarang kita banyak mendengar dan melihat berita-berita di media masa dan media sosial tentang semua itu. Seiring dengan perubahan peradaban, perubahan perkembangan zaman, dan kemajuan teknologi, siswa justru cenderung mengalami pergeseran moral. Tidak membuat siswa lebih beradab dan berkarakter baik, apalagi berakhlak mulia. 
Dalam hal ini siapa yang disalahkan...?  Orang tua, guru, sekolah, masyarakat, atau kemajuan teknologi...? Kita tidak bisa saling menyalahkan satu sama lain. Semua ini adalah tanggung jawab seluruh elemen masyarakat. Kita bersama memiliki andil dan saling terkait dalam membentuk karakter siswa. Semua pihak hendaknya saling mendukung untuk membentuk siswa menjadi lebih baik dalam berkarakter. Guru, sekolah, dan orang tua hendaknya bekerjasama dalam mendidik siswa menjadi generasi berkarakter dan berakhlak mulia. Dengan didukung sepenuhnya oleh masyarakat dan dengan sarana kemajuan teknologi yang digunakan dengan bijak untuk menjadikan generasi penerus bangsa yang cerdas dan mutakhir. (21/12/20)

Comments

Popular posts from this blog

Puisi "Maafkan Aku"

Maafkan Aku Karya: M. Rahayu Maafkan aku, Selama bersamamu Aku belum mampu  Menjadi pena hitam Dalam lembaran hidupmu Mengukir kebahagiaan Menghadirkan senyum di wajahmu Apalagi tawa di bibirmu Maafkan aku, Selama bersamamu Aku  hanya pena merah Selalu membuatmu marah Memberi goresan luka Rasa sakit yang menghimpit Perih mengiris hati Di sepanjang hidupmu Maafkan aku, Segala daya upaya Sudah ku coba Untuk memahamkan diri Agar aku mengerti Sebagai diri yang berarti Dan menjadi yang kau ingin Sragen, 22 Juni 2020

Purnama

Purnama Senja mulai beranjak pergi Menyelinap di balik gelapnya malam  Aku beranjak dari tempat duduk Melangkahkan kaki Menuju pintu jendela Perlahan ku buka pintu  Hembusan angin malam Langsung menyeruak masuk Mulai menyapa kulit Dan membelai rambutku  Yang mengurai di bahu Sesekali ku gosokkan kedua tangan Untuk mengusir dingin yang kian mengusik Aku berdiri menatap langit Menanti hadirnya sang rembulan  Di malam bulan purnama Untuk mengurai kegelapan Yang menyelimuti hati Aku terus menghitung waktu Hingga malam semakin larut Namun rembulan tak jua datang Masih enggan menyinari bumi Sragen, 6 Okt 22  

Gelisah

Gelisah M. Rahayu Hidup dalam pusaran gelisah Kecemasan dan kekhawatiran Mengusik ketenangan hati Seakan tak ada lagi tempat bersandar Tumpuan dan pegangan hidup  telah patah Saat hidup dalam belenggu Kebebasan dikebiri Bagai burung dalam sangkar besi Riuh berita kematian Berkumandang di masjid-masjid Bertebaran di media sosial dan grup Suara sirine ambulan mengiang di telinga Menyiutkan nyali yang mendengar Kematian seolah di ujung penantian Bisa datang kapan saja Tanpa memilih waktu dan tempat Tanpa memandang batas usia Sragen, 8 Juli 2021