Skip to main content

Kurang Apa

Kurang Apa
M.Rahayu
Kurang apa diri ini
Merendah di depanmu
Qanaah atas  pemberianmu
Khidmat setulus hati padamu 

Tetapi...
Apa yang aku dapat
Tak sedikitpun penghargaan 
Apalagi pemuliaan

Bagimu,
Memberi pujian sebagai kerendahan
Memuliakan sebagai kehinaan
Mengalah sebagai kekalahan

Aku hanya tawanan bagimu
Yang tak perlu dimengerti Perasaan dan hati ini

Ada rasa bimbang
Menggelayut dalam angan
Memilih berhenti 
Atau terus melangkah

Meski tak ada lagi harga diri
Tak ada rasa dicintai
Yang ada sesak di dada
Karena terabaikan

Seandainya lisan ini 
Mampu berucap kata
Sakit jiwa ini
Akan sedikit terobati

Meski  semua mata Memandang hina di raga
Mencoba bertahan dalam keadaan

Andai jiwa ini 
Tak mampu lagi menahan
Sakitnya di dada
Cukuplah mengadu kepada-Nya

Lebih baik memilih bahagia 
Dan tidak membiarkan
Jiwa ini menderita
Bertahan atau berpisah
Semua karena Allah
Sragen, 17 Februari 2021

Comments

Popular posts from this blog

Puisi "Maafkan Aku"

Maafkan Aku Karya: M. Rahayu Maafkan aku, Selama bersamamu Aku belum mampu  Menjadi pena hitam Dalam lembaran hidupmu Mengukir kebahagiaan Menghadirkan senyum di wajahmu Apalagi tawa di bibirmu Maafkan aku, Selama bersamamu Aku  hanya pena merah Selalu membuatmu marah Memberi goresan luka Rasa sakit yang menghimpit Perih mengiris hati Di sepanjang hidupmu Maafkan aku, Segala daya upaya Sudah ku coba Untuk memahamkan diri Agar aku mengerti Sebagai diri yang berarti Dan menjadi yang kau ingin Sragen, 22 Juni 2020

Purnama

Purnama Senja mulai beranjak pergi Menyelinap di balik gelapnya malam  Aku beranjak dari tempat duduk Melangkahkan kaki Menuju pintu jendela Perlahan ku buka pintu  Hembusan angin malam Langsung menyeruak masuk Mulai menyapa kulit Dan membelai rambutku  Yang mengurai di bahu Sesekali ku gosokkan kedua tangan Untuk mengusir dingin yang kian mengusik Aku berdiri menatap langit Menanti hadirnya sang rembulan  Di malam bulan purnama Untuk mengurai kegelapan Yang menyelimuti hati Aku terus menghitung waktu Hingga malam semakin larut Namun rembulan tak jua datang Masih enggan menyinari bumi Sragen, 6 Okt 22  

Gelisah

Gelisah M. Rahayu Hidup dalam pusaran gelisah Kecemasan dan kekhawatiran Mengusik ketenangan hati Seakan tak ada lagi tempat bersandar Tumpuan dan pegangan hidup  telah patah Saat hidup dalam belenggu Kebebasan dikebiri Bagai burung dalam sangkar besi Riuh berita kematian Berkumandang di masjid-masjid Bertebaran di media sosial dan grup Suara sirine ambulan mengiang di telinga Menyiutkan nyali yang mendengar Kematian seolah di ujung penantian Bisa datang kapan saja Tanpa memilih waktu dan tempat Tanpa memandang batas usia Sragen, 8 Juli 2021