Skip to main content

Karena Aku Wanita

Karena Aku Wanita
M. Rahayu
Karena aku wanita
Aku ingin
Dihargai keberadaanku
Dijaga kehormatanku
Olehmu kekasih halal ku

Karena aku wanita
Aku tetap ...
Tersenyum kala hati teriris 
Tetap berharap walau terkadang hanya kebohongan yang didapat
Tetap bertahan meski tak sanggup lagi hati menanggung beban

Karena aku wanita
Aku tetap ...
Mendukungmu  seumur hidupku 
Memberimu semangat  ketika engkau mencoba menyerah 
Mendukungmu untuk terus berjuang menegakkan agamamu

Karena aku wanita
Aku tetap ...
Memaafkan ketika engkau berbuat khilaf 
Memaafkan ketika engkau menduakan cintaku 
Memaafkan ketika engkau memarahiku

Karena aku wanita
Aku ingin ...
Selalu di sampingmu 
Selalu dicintai 
Olehmu belahan jiwa ragaku
Sragen, 26 Mei 2021

Comments

Popular posts from this blog

Puisi "Maafkan Aku"

Maafkan Aku Karya: M. Rahayu Maafkan aku, Selama bersamamu Aku belum mampu  Menjadi pena hitam Dalam lembaran hidupmu Mengukir kebahagiaan Menghadirkan senyum di wajahmu Apalagi tawa di bibirmu Maafkan aku, Selama bersamamu Aku  hanya pena merah Selalu membuatmu marah Memberi goresan luka Rasa sakit yang menghimpit Perih mengiris hati Di sepanjang hidupmu Maafkan aku, Segala daya upaya Sudah ku coba Untuk memahamkan diri Agar aku mengerti Sebagai diri yang berarti Dan menjadi yang kau ingin Sragen, 22 Juni 2020

Purnama

Purnama Senja mulai beranjak pergi Menyelinap di balik gelapnya malam  Aku beranjak dari tempat duduk Melangkahkan kaki Menuju pintu jendela Perlahan ku buka pintu  Hembusan angin malam Langsung menyeruak masuk Mulai menyapa kulit Dan membelai rambutku  Yang mengurai di bahu Sesekali ku gosokkan kedua tangan Untuk mengusir dingin yang kian mengusik Aku berdiri menatap langit Menanti hadirnya sang rembulan  Di malam bulan purnama Untuk mengurai kegelapan Yang menyelimuti hati Aku terus menghitung waktu Hingga malam semakin larut Namun rembulan tak jua datang Masih enggan menyinari bumi Sragen, 6 Okt 22  

Gelisah

Gelisah M. Rahayu Hidup dalam pusaran gelisah Kecemasan dan kekhawatiran Mengusik ketenangan hati Seakan tak ada lagi tempat bersandar Tumpuan dan pegangan hidup  telah patah Saat hidup dalam belenggu Kebebasan dikebiri Bagai burung dalam sangkar besi Riuh berita kematian Berkumandang di masjid-masjid Bertebaran di media sosial dan grup Suara sirine ambulan mengiang di telinga Menyiutkan nyali yang mendengar Kematian seolah di ujung penantian Bisa datang kapan saja Tanpa memilih waktu dan tempat Tanpa memandang batas usia Sragen, 8 Juli 2021