Skip to main content

Jangan

Jangan

Bila kau menganggap
Hati dan jiwaku
Berarti dalam hidupmu Selalu tanyakan 
Bagaimana keadaan ku
Saat aku dekat
Atau jauh dari mu

Jangan pernah berkata bosan 
Mengalihkan pandangan
Apalagi berpaling muka dariku

Jadilah bagian yang turut serta 
Memikul setiap beban kesedihan
Menghapus airmata
Dan menjadi sebab senyum di bibirku

Jangan pernah bosan memaafkan
Salah tingkah yang sering ku unggah
Meski hatimu kadang terasa lelah

Jangan pernah lelah memberi petuah
Kala kaki ini salah melangkah

Jangan lelah menuntun
Saat langkah kaki ini
Terseok
Terhuyung
Dan tertatih
Dalam menapaki jalan terjal 
Nan berliku

Jangan pernah melupakan   
Untuk menyematkan namaku
Dalam setiap doamu

Sragen, 1 Februari 2022




 

Comments

Popular posts from this blog

Puisi "Maafkan Aku"

Maafkan Aku Karya: M. Rahayu Maafkan aku, Selama bersamamu Aku belum mampu  Menjadi pena hitam Dalam lembaran hidupmu Mengukir kebahagiaan Menghadirkan senyum di wajahmu Apalagi tawa di bibirmu Maafkan aku, Selama bersamamu Aku  hanya pena merah Selalu membuatmu marah Memberi goresan luka Rasa sakit yang menghimpit Perih mengiris hati Di sepanjang hidupmu Maafkan aku, Segala daya upaya Sudah ku coba Untuk memahamkan diri Agar aku mengerti Sebagai diri yang berarti Dan menjadi yang kau ingin Sragen, 22 Juni 2020

Purnama

Purnama Senja mulai beranjak pergi Menyelinap di balik gelapnya malam  Aku beranjak dari tempat duduk Melangkahkan kaki Menuju pintu jendela Perlahan ku buka pintu  Hembusan angin malam Langsung menyeruak masuk Mulai menyapa kulit Dan membelai rambutku  Yang mengurai di bahu Sesekali ku gosokkan kedua tangan Untuk mengusir dingin yang kian mengusik Aku berdiri menatap langit Menanti hadirnya sang rembulan  Di malam bulan purnama Untuk mengurai kegelapan Yang menyelimuti hati Aku terus menghitung waktu Hingga malam semakin larut Namun rembulan tak jua datang Masih enggan menyinari bumi Sragen, 6 Okt 22  

Gelisah

Gelisah M. Rahayu Hidup dalam pusaran gelisah Kecemasan dan kekhawatiran Mengusik ketenangan hati Seakan tak ada lagi tempat bersandar Tumpuan dan pegangan hidup  telah patah Saat hidup dalam belenggu Kebebasan dikebiri Bagai burung dalam sangkar besi Riuh berita kematian Berkumandang di masjid-masjid Bertebaran di media sosial dan grup Suara sirine ambulan mengiang di telinga Menyiutkan nyali yang mendengar Kematian seolah di ujung penantian Bisa datang kapan saja Tanpa memilih waktu dan tempat Tanpa memandang batas usia Sragen, 8 Juli 2021