Skip to main content

Ibu

Ibu

Kau laksana bidadari surga
Cintamu mengalir tanpa muara
Kasihmu sebanyak buih di lautan 
Tak terbilang jumlahnya

Meski kadang kau sering melarang
Itu bukti rasa sayang
Meski kadang kau sering marah
Di kala anakmu salah

Didikan mu yang keras
Membuatku mampu menjalani kehidupan 
Tanpa penuh keluhan
Selalu sabar melewati ujian

Kini, 
Langkah kakimu mulai terhuyung
Guratan keriputbtwelukisndi kulitmu 
Rambutmu dihiasi kilau memutih
Gigimu satu demi satu mulai tanggal

Namun apa dayaku,
Maafkan anakmu 
Hingga kini belum mempu
Membalas sedikit pun jasamu
Tetapi aku ingin
Selalu memberi senyum di bibirmu

Walau hingga kini, 
Dengan segala kekuranganku
Aku masih menjadi beban di pundak mu 
Mengusik tidur nyenyakmu

Hanya doa yang bisa ku sematkan untukmu
Dalam setiap sujud ku
Semoga,
Kau dipanjangkan umurmu
Sisa umur yang barakah
Rezeki yang melimpah

Sragen, 1 Juli 2022

Comments

Popular posts from this blog

Puisi "Maafkan Aku"

Maafkan Aku Karya: M. Rahayu Maafkan aku, Selama bersamamu Aku belum mampu  Menjadi pena hitam Dalam lembaran hidupmu Mengukir kebahagiaan Menghadirkan senyum di wajahmu Apalagi tawa di bibirmu Maafkan aku, Selama bersamamu Aku  hanya pena merah Selalu membuatmu marah Memberi goresan luka Rasa sakit yang menghimpit Perih mengiris hati Di sepanjang hidupmu Maafkan aku, Segala daya upaya Sudah ku coba Untuk memahamkan diri Agar aku mengerti Sebagai diri yang berarti Dan menjadi yang kau ingin Sragen, 22 Juni 2020

Purnama

Purnama Senja mulai beranjak pergi Menyelinap di balik gelapnya malam  Aku beranjak dari tempat duduk Melangkahkan kaki Menuju pintu jendela Perlahan ku buka pintu  Hembusan angin malam Langsung menyeruak masuk Mulai menyapa kulit Dan membelai rambutku  Yang mengurai di bahu Sesekali ku gosokkan kedua tangan Untuk mengusir dingin yang kian mengusik Aku berdiri menatap langit Menanti hadirnya sang rembulan  Di malam bulan purnama Untuk mengurai kegelapan Yang menyelimuti hati Aku terus menghitung waktu Hingga malam semakin larut Namun rembulan tak jua datang Masih enggan menyinari bumi Sragen, 6 Okt 22  

Gelisah

Gelisah M. Rahayu Hidup dalam pusaran gelisah Kecemasan dan kekhawatiran Mengusik ketenangan hati Seakan tak ada lagi tempat bersandar Tumpuan dan pegangan hidup  telah patah Saat hidup dalam belenggu Kebebasan dikebiri Bagai burung dalam sangkar besi Riuh berita kematian Berkumandang di masjid-masjid Bertebaran di media sosial dan grup Suara sirine ambulan mengiang di telinga Menyiutkan nyali yang mendengar Kematian seolah di ujung penantian Bisa datang kapan saja Tanpa memilih waktu dan tempat Tanpa memandang batas usia Sragen, 8 Juli 2021